“Seorang wanita ibarat lingkaran. Dalam dirinya ada kekuatan untuk menciptakan, memelihara dan mengubah. ” (Diane Mariechild)
Sementara para
aktivis perempuan berjuang demi nasib kaumnya yang lebih menderita, kesetaraan,
persamaan hak, dan semacamnya, banyak juga lho wanita yang menikmati “karir”
nya sebagai penguasa, bikin suami manut hingga takut, yang kemudian sering
dibuat banyolan ikatan suami takut istri. Itu wanitawi kok. Sebagai hempasan
gejolak lelah dalam menjalani kodrat. Caranya saja yang kurang pas. Jika ada
karir wanita lagi naik daun dan tak seimbang dengan pasangannya, meskipun tak
tahu persis bagaimana masalah rumah tangganya, tunggu aja kabar keretakan rumah
tangganya, eh…
Ego pria iya,
ego wanita juga iya.
Sebagian wanita
dan juga sebagian pria, kalau sudah punya duit, merasa sudah punya semuanya.
Materialistic is
women’s middle name, some in bold, normal, and italicized.
"Ini kan beli pakai duitku
sendiri.”
“Bukannya gajimu
lebih rendah, kenapa ikut repot memutuskan siapa yang membangun rumah.”
“Ah, kamu tak
mahir mencari uang. Bangkrut melulu”
Ini tak melulu
dengan harga diri seorang pria, tapi menyangkut soal martabat manusia juga lho.
Memang ada bagian harta pria yang menjadi milik wanita, tapi sebagai pencari
nafkah, mereka juga harus dihargai jerih payahnya, apalagi di depan anak-anak.
Jangan sampai pertikaian masalah intern pasangan dibuka di depan anak-anak yang
belum matang proses penalarannya. Jangan juga sangkutpautkan dengan pria yang
kasar atau yang malas mencari nafkah ya, itu bahasan yang berbeda.
Yes, women, you
are the queen of your home.
Penguasa yang
baik itu tahu bagaimana “memperkaya” bawahannya, asuhannya, agar mereka bisa
menjalani hidup yang baik di luar sana, melalui makanan yang layak, pakaian
yang bersih, perilaku yang santun, hingga tiba saat kau memetik "hasilnya", kau
akan tahu namamulah yang pertama terngiang dalam benak mereka.
gambar dari nuphitaikmal.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar