gambar dari sini |
Sebuah buku
marketing super simple menceritakan tentang seorang
marketing sukses di AS yang menjual ribuan Chevrolet dalam waktu
beberapa tahun saja. Triknya, menurut buku itu adalah, dia ini tak pernah berjualan jika sedang bertemu dengan calon customernya. Dia bisa ngobrol
apapun tanpa sedikit pun membahas tentang mobil yang dijualnya. Saya
bingung, lalu kapan dia jualan mobilnya sampai bisa segitu banyak dan
masuk ke dalam Guinness Book of Records?
Saat itu saya memang sedang getolnya belajar ilmu marketing, mulai
dari tips praktis super tipis dan murah, hingga marketing ala Sun Tzu,
sempat saya “lahap” demi memenuhi kelaparan saya akan konsep marketing
yang bisa bikin saya sukses. Lamaaaa sekali, saya mencoba ingat siapa
nama marketing handal tersebut, sampai tanpa sengaja saya menemukannya
dalam beberapa artikel di google. Namanya Joe Girard, dan berita
selengkapnya ada disini.
"I never sold a car in my life, I sold a Girard.”
Efeknya, tanpa perlu iklan yang berlebihan, customer itu akan datang
dengan sendirinya, yang merupakan anak cabang dari customer lain yang
merasa puas dengan pelayanan dan kualitas kepribadian Joe.
Kuncinya, pelayanan dan penghargaan.
Sebuah pepatah bisnis mengatakan bahwa, ketika seorang pelanggan
puas, dia barangkali hanya akan mengabarkan kepada satu orang. Namun
jika pelanggan merasa marah dan tidak puas, dia bisa langsung
memberitahukannya saat itu juga minimal kepada lima orang yang dikenal
dan tidak dikenalnya, supaya orang lain tak ikut “terjebak” mendatangi toko anda.
Lihat betapa mudahnya orang menyebarkan dan menyimpan hal yang bersifat negative.
Jurus marketing andalan yang selalu dan sering diyakinkan oleh
sebagian orang marketing untuk meyakinkan “downline” nya, antara lain:
- bahwa setiap orang adalah marketing, jadi bisa “menjual” dirinya sendiri.
- harus percaya diri dan agresif.
- semua orang bisa bicara, karena itu pasti bisa menjadi marketing
Hampir semuanya adalah doktrin paksaan yang membuat seorang marketer
tampak begitu menyebalkan. Coba dijawab, benar atau benar???
Saking antusiasnya, sampe saya juga keluar masuk MLM satu ke MLM laen, dengan tujuan mengejar diskon, biar tak rugi, hihihi…Sampai di tahap jenuh karena berlari menuntut ilmu, bosan juga dengar para kader yang bilang “Saya siap membantumu, apa
kesulitanmu?”
“Nggak, nggak ada yang sulit, duit juga bisa ngutang, tapi kalo saya gak mau, gimana?”
Langsung senyap.
“Ayo Es, apa motivasimu, impianmu, cita-citamu? Kasi foto yang gede,
lalu pasang di dinding kamarmu supaya kamu bisa segera mencapainya,”
Sambil cenut-cenut pusing mengingat apa mimpi saya, saya kembali termangu, apakah semua mimpi harus dikaitkan dengan materi?
“Kamu suka baca buku ya, wah boleh dong aku pinjem.”
Dengan ge-er bahagia memiliki temen baru yang bisa diajak diskusi soal buku, saya terima kunjungannya. Dan ternyata…
“Tahu nggak, kalo kamu ikut bisnis yang kujalani ini, kamu bisa membeli lebih banyak buku bla bla bla…”
Walah, berasa pintu kos langsung ambruk.
“Baju itu keliatan bagus lho sama kamu, bayarnya gampang deh, bla bla bla…”
Salah satu kelihaian orang marketing adalah, mereka penuh dengan pujian handal lho. Jika benar, syukurilah. Jika salah, anggaplah tu doa.
Inti dari semua marketer yang pernah saya temui adalah, hampir
semuanya mengajak orang lain masuk perangkap dengan berbagai macam cara,
tapi lupa bahwa yang mesti diajak bukan orangnya saja, tapi hatinya
juga.
“Sentuhlah dia tepat di hatinya, dia kan jadi milikmu selamanya..” – Ari Lasso.
Ternyata tak berlaku untuk perempuan lho, tapi hampir semua orang
“normal” yang masih merasa memiliki hati. Bahkan ada sebuah penelitian
yang menyatakan bahwa, dokter yang mahal lebih laku daripada dokter yang
murah, ternyata karena pelayanan mereka jauh lebih baik, seperti
menanyakan kabar, mengamati tingkat kesembuhan, dan hal-hal lain di luar
penyakitnya. Hampir sama seperti triknya si Joe, mereka terjun menjadi
seorang anggota keluarga baru bagi setiap pasien yang datang.
Itupun harus dilakukan dengan konsisten. Biasanya sih, kalau masih
cari banyak pelanggan baru, konsep diri dibagus-bagusin. Begitu udah
dapet banyak pelanggan, lupa maintain, semaunya sendiri.
Dengan sedikit pengalaman itulah, saya coba mengubah haluan dalam
berjualan. Saya memilih untuk mengkonsumsi barang sebelum menjualnya
kepada orang lain, mengatakan jelek jika jelek dan cacat, bahkan tebang
pilih dengan orang tertentu, barang tertentu hanya dijual kepada orang
tertentu. Tak hanya itu, pada beberapa periode tertentu saya bikin
undian dan bikin bonus untuk yang beli banyak. Yang susah itu,
menelateninya ala Girard.
Menemui orang marketing sekelas Joe Girard itu susah. Harusnya orang
yang berusaha jualan dengan cara “menyentuh” hati si pelanggan, bukannya
membeberkan serangkaian kelebihan barang yang dijualnya. Bahkan,
menurut saya ya, dengan memberikan pilihan dan gambaran lengkap tentang
barang kepada konsumen itu sama dengan “mendidik” mereka untuk memahami
kemauan dan kebutuhannya sendiri, tanpa perlu “diracuni” oleh gemerlap
kelebihan yang sering kali diusung oleh para marketer. Jika hati
seseorang nyaman, dia akan datang sendiri kok, anda tinggal tebar
perangkap aja :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar