Kamis, 03 Juli 2014

SeSaMa #1: Intro


source
Apa yang menjadi persiapanmu beberapa bulan lalu, menjelang datangnya Ramadhan?

Saya, nyicil baju lebaran buat anak-anak, hahaha. Jadinya waktu lebaran udah ga terlalu repot cari baju buat mereka, atau tak perlu meluangkan waktu terlalu banyak. Repotnya sekarang kalau beli baju, harus berurusan dengan si kecil yang udah mulai tahu urusan emaknya, yang hampir tiap hari nagih kapan baju barunya dipake. Dibilangin buat lebaran, eh dianya maksa buat ngaji harian di masjid. Hehehe, susah juga ya keluar dari mindset bahwa lebaran tak harus dengan baju baru.

Intro yang agak keren, saya memberanikan diri ikut ODOJ. Saya bilang berani, karena dengan bacaan yang masih amburadul, pemahaman yang sepatah-sepatah, serta kebelumlihaian membagi waktu dengan baik, ini sebuah langkah yang nekad. Iyaah nekad. Tapi (ikutan jargon kampanye), jika bukan sekarang kapan lagi? Apalagi untuk bisa ikut pengajian keluar itu susah. Ya susah niatnya, waktunya, dan alasan-alasannya, hehehe... Apa ya kemudian tak boleh ibadah dilakukan di rumah?


"Bacalah oleh kalian Qur'an, karena dia akan datang pada hari kiamat kelak sebagai pemberi syafa'at bagi orang-orang yang rajin membacanya." [HR Muslim 804]   

Di awal ikut sangat semangat, lalu mengendur di tengah-tengah. Gimana mau semangat kalau tiap dapat beberapa ayat, dua titipan yang sedang masa jahil itu, berlarian mengitari emaknya, sambil pukul-pukulan. Syukurlah, as a woman and also a multitasker, dua tangan, mata, serta kaki ini bekerja semaksimal mungkin. Kabar baiknya, ada saat mereka ikutan mengambil bacaan ngajinya sendiri atau menyediakan tangan mungilnya sebagai pena penunjuk bacaan. Saya belum cari hukumnya sih, apakah kondisi seperti ini dibolehkan ketika membaca kitab suci?

Di tengah pro dan kontra tentang ODOJ, seperti semua debat yang selalu abadi di negara ini adalah, seberapa banyak sih yang kita tahu tentang sesuatu, hingga berani mendebatnya mati-matian? Mbok ya berbaik sangka pada berusaha kreatif menjalankan ibadah. Hidayah itu mahal bo', yang paham sampai khatam puluhan kali hingga mengkaji sana-sini, masih bisa lho membelokkan makna ayat hingga semisal, menghalalkan pernikahan sejenis, naudzubillah. Apalagi, yang ilmunya cekak, kayak awak-awak ini, udaaaah, sinau, sinau, sinau... 

Intro inilah yang entah bagaimana caranya bisa bikin mata melek lebih lama. Memang tidur adalah ibadah dan selalu lekat dengan hari-hari panjang di bulan Ramadhan. Tapi bukannya lebih baik lagi jika tidur digantikan dengan aktifitas bermanfaat. Tak hanya bikin mata melek di pagi hari setelah sahur, tapi juga tidur siang tidak terlalu "kesirep". Ah, saya jadi agak paham kenapa ngaji mesti dibanyakin waktu bulan penuh rahmat ini, salah satunya ya anda tidak kebanyakan tidur melebihi waktu delapan jam. Hahaha, "sangat menjelaskan." Tidur itu kan kondisi setengah mati, jadi syukurilah ketika kita bangun masih dalam kondisi lengkap dan selamat. Tidur itu memang ibadah, namun jika dia dibandingkan dengan waktu habis untuk ghibah atau menghitung jam menuju berbuka, hehehe... 

Soal bacaan yang amburadul, ada sifat ilmu yang hampir sama satu dan lainnya. Semakin sering akan semakin mahir, semakin memiliki keinginan untuk lebih baik, dengan cara apapun. Mumpung keponakan saya yang lagi mondok libur lama, saya minta diajarin baca yang bener. Saya diketawain melulu, gara-gara "Bukan seperti itu, teee..." Hehehe, usia memang hampir berbanding lurus dengan keras kepala ya.


Intro nasionalnya, yang lagi in, ghibah capres. Waa, panas banget, sampai bikin pusing karena semua hanya dipenuhi oleh pembelaan berlebihan pada kandidat jagoan, klarifikasi hoax, hingga serangan balik kepada kandidat lawan. Puasa sebentar, lalu balik perang lagi. Kapan nih capenya?
Berita soal penutupan Dolly yang masih berjalan maju mundur, yang sudah pasti manfaat dan mudharatnya, hanya menempati trend dalam beberapa hari, selanjutnya balik lagi civil war. Entah apakah ini semua akan berakhir pasca 9 Juli, atau malah lebih keruh. Debat berkepanjangan ini sudah banyak membuat kita kehilangan banyak empati dan simpati, saling hujat dan umpat. Tak sadarkah kita, bahwa pengeroposan mental kita yang “mereka” serang. Sebenarnya kandidat presiden itu manusia biasa, ada kurang lebihnya. Yang mesti dipilah-pilih, mereka mengusung kepentingan apa bersama orang-orang plural yang berada di belakangnya. Eh, kok jadi belok ke politik gini ya, maap.

Ramadhan memang datang setiap tahun, tapi jangan-jangan rejeki kita udah habis duluan. Rejeki di dunia kan udah dijatah dari sananya. Jadi kalau jatahnya habis, anda tahu kan siapa yang harus ditemui ;)


Jika mengingat hakekat waktu yang tak kenal kompromi, ada baiknya kita siapkan Ramadhan beberapa bulan sebelumnya. Sah-sah aja kan, membeli baju baru dan menyediakan kue-kue *teteeep*, dengan tujuan agar bulan ini bisa diisi dengan ibadah yang penuh. Lebih baik lagi jika memperbanyak ibadah sebelumnya, supaya mulai terbiasa dan juga mendapat banyak manfaatnya di bulan yang penuh berkah ini. Sepakat? Salam lima jari :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar