Kamis, 20 Maret 2014

NENEK



foto seorang nenek
 
“Kacangnya empuk banget, ini pasti dipresto” kata seorang tetangga sewaktu nyemil hidangan kacang rebus yang saya sediakan.
Dengan bangganya saya bilang bahwa itu hanya direbus biasa, ga lama, pake panci aluminium merk Jawa, tapi dengan syarat direbus pake air rumah, kompor, dan segalanya di rumah ibu saya.
Tak hanya itu, daging jenis apapun, kalau yang masak ibu saya, selalu cepat empuk, padahal ya masaknya sama aja kayak yang laen.
“Tau gak mbak, selama kerja disini, aku tuh pengen nyoba masak daging seempuk kalo ibu sampean masak. Pernah tuh seharian kuikutin ibu dan gak ketinggalan sama sekali apapun yang dilakukan ibu supaya dapat daging yang empuk,” lapor si mbak yang mbantuin ibu di rumah.
“Trus?”
“Ya tetep alot daging di rumahku.”
Saya tergelak, karena saya sendiri sering melakukan hal yang sama, mengamati ibu memasak, siapa tahu bisa menangkap basah beliau memasukkan sebuah bahan rahasia yang bisa menjadi info penting bagi semua. Demi Allah, gak ada, bahkan ibu selalu terkantuk-kantuk karena kecapean dan juga factor usianya, sembari memegang pisau di atas talenan kayu dengan irisan bahan yang belum selesai. Mungkin saya harus seperti itu kali ya, gaya kantuk mabuk sebelum semua masakan selesai, biar rasanya seenak buatan ibu.
Bahkan dulu waktu masih sekolah, saya sering iseng nyoba resep dan ternyata resepnya amburadul, saya mewek putus asa. Ibu langsung turun tangan, colek sana sini, ambil ini dan itu, aduk, cetak, dan voila…jadilah kue yang sama dengan resep modifikasi dan uenak.

 “There is no secret ingredients,” kata si ayah Po.

Kata ibu, satu rahasia supaya masakan enak itu pake bawang putih yang banyak. Dengan ukuran yang sama, bahkan kadang ibu lebih banyak, eh lha kok punya saya berasa nyengat, punya ibu lezat. Sampe saking ga teganya dengan usaha saya memberondong ibu tentang cara memasak yang enak, ibu sering memastikan
“Uda digongso belum, uda dikeprak belum, uda ini belum, uda itu belum…”
“Uda semuaaaa…”
Ibu tersenyum, “Lha katamu perlu tangan ibu untuk masak enak,”

Ya, tangan itulah yang meracik semua bahan menjadi ajaib, tangan yang berjuang selama puluhan tahun untuk membangun sebuah “home” yang nyaman bagi semua penghuninya, antara lain dengan menyediakan makanan terlezat yang tak pernah ketinggalan bumbu kasih sayang dan ketulusan.

Maltazard, si musuh Arthur (film Arthur and the Minimoys), sempat bertandang ke dunia manusia dan merasa jatuh cinta dengan neneknya Arthur yang diperankan oleh Mia Farrow (wajah sendunya mengingatkan akan kisah tragisnya bersama Woody Allen yang tega menduakan Mia dengan anak angkatnya sendiri). Menurut si Maltazard, dia belum pernah melihat wanita yang menyiapkan semua hidangan dan menjalani perannya dengan penuh cinta, seperti halnya nenek si Arthur itu.

Ibu saya hanya salah satu contoh, salah satu bagian dari ribuan nenek yang lain, yang kurang lebih memiliki “kesaktian” yang hampir sama.
Menjadi nenek seperti sebuah tahapan magis yang dilalui dalam keluarga dan kehidupan. Masing-masing wanita tumbuh begitu matangnya ketika dia menjadi nenek, yang telah melengkapi regenerasi dalam berbagai bentuk. Ada cucu yang terkadang masih harus dibantu perawatannya, ada resep keluarga yang dibagi turun temurun, ada nilai akhlak yang ditanamkan, ada karakter yang diwariskan, dan tentu saja ada ketidaksempurnaan yang perlu dimaklumi dan dimaafkan. Allah membesarkan dan mematangkannya dengan anggun di antara tungku yang menyala, panci yang menghitam, teriakan anak kecil yang selalu datang dan pergi, rumah yang selalu berantakan dan harus selalu ditata ulang, prahara kecil dan besar yang bisa saja memberikan pilihan ekstrim mau dijalani dengan tertatih-tatih atau bisa pergi begitu saja, dan banyak lagi. Begitu masing-masing dari hasil ketekunannya tumbuh, akan terasa betapa Allah memberikan sebuah karakter “kesaktian” yang kokoh bersama waktu, ketelatenan, kesabaran, dan juga keuletan.

Seraya mensyukuri bahwa nenek (ibu) tumbuh menua bersama keluarga, tanpa harus disibukkan dengan kegiatan mencari nafkah demi menyambung hidup. Semoga "tanaman" saya juga tumbuh seranum itu. Mari berjuang menjadi nenek yang anggun :).   

gambar dari flickrhivemind.net, secretingredientsoup.tumblr.com

2 komentar: